![]() |
Pak Slamet memberi CUKUR GRATIS & MEMBERIKAN KADO kepada ANAK YATIM |
SOLO - Pria berkumis tipis ini tidak memiliki jabatan atau posisi
penting. Dia hanya sebagai tukang potong rambut. Tapi kedermawanannya bisa
dikatakan melebihi jutawan.
Seorang murid kelas 6 SD memegang rambut
yang sudah menutupi sebagian matanya sambil duduk menghadap kaca besar. Satriyo
Nugroho, nama lengkapnya. Anak 12 tahun itu sudah tak punya ayah dan ibu
kandung.
Kress…. helai demi helai rambut
hitamnya mulai dicukur. Mimiknya sedikit tegang. Tapi langsung tersenyum lepas
ketika mendapatkan bingkisan berwarna hijau. “Senang bisa potong rambut gratis,
dapat hadiah juga,” terang dia.
Gratis? Ya, gratis. Adalah Slamet Subroto,
pria pemilik jasa potong rambut di kawasan Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan
Banjarsari ini memiliki inisiatif memberikan jasa potong gratis khusus anak
yatim.
Di kios 2,5x4 meter yang dia gunakan
sebagai tempat usaha potong rambut, dia mewujudkan niatnya. Difasilitasi
Lembaga Koordinasi Gerakan Taman Pendidikan Alquran (LKG TPQ), Slamet membuka
kuota sebanyak 50 anak yatim untuk potong gratis dalam sepuluh hari mulai
tanggal 20-30 bulan ini. “Saya niatkan untuk bersedekah, anak yatim potong
gratis,” katanya.
Bermodal niat ikhlas, pria 42 tahun ini
mulai melayani anak yatim dari seluruh wilayah Kota Solo. Kedatangan mereka
rata-rata diantar oleh guru TPQ dari masjid-masjid. Jika dihitung dengan
rupiah, 50 kepala diharga tarif normal, Slamet bisa mengantongi Rp 400.000.
Tapi
dia tak silau dengan angka-angka tersebut. Dalam dirinya terbesit keyakinan
bahwa apa yang diberikan pasti akan diganti oleh sang pencipta. “Tarif saya
sekali potong Rp 8.000. Sehari sekitar 10 sampai 15 orang,” terang dia.
Keyakinan
yang dia pegang bukan sebuah mimpi tanpa bukti. Sebelumnya, ayah tiga anak yang
sudah lima tahun membuka usaha potong rambut ini selalu merasakan keberkahan
dari keikhlasan-keikhlasan yang dilakukan. Bahkan jasa potong rambut yang
dibukanya saat ini pun dapat dikatakan sebagai kejutan dari Allah.
“Saya
sebelumnya mekanik di sebuah bengkel. Saya ikut orang yang orang itu teman saya
sendiri. Bertahun-tahun menjadi montir dirasakan monoton,” kisahnya.
Di
tengah-tengah kejenuhannya, datang tawaran dari bos sekaligus kawan lamanya
untuk membuka usaha sendiri. Akhirnya dia diberikan seperangkat alat potong
rambut lengkap dengan fasilitasnya. Dia tinggal mengoperasikan. Tetapi saat itu
Slamet belum dapat menggunakannya.
“Oleh
bos saya itu, saya sekaligus dikursuskan potong rambut. Ini berkah bagi saya,
karena anak buah yang lain tidak diperhatikan seperti ini,” ungkap dia.
Waktu
terus bergulir, dia mampu mengelola usahanya dengan baik. Sampai akhirnya
memiliki pelanggan hingga kewalahan melayani. Pria yang tinggal di Plesungan,
Mojosongo ini harus mencari karyawan untuk membantu. “Saya sampai punya
empat karyawan, ini juga berkah,” ucapnya. Slamet berharap dengan aktivitas
yang dijalani dengan ikhlas mampu menghasilkan keberkahan.
SUMBER : http://radarsolo.jawapos.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar